bmtnujatim@gmail.com +62 878-0550-8881

Pesan Pengasuh Pesantren Annuqayah: Santri Harus Jadi Pelopor Etika dan Integritas di Dunia Kerja



Sumenep - Dalam suasana penuh khidmat dan reflektif, Prof. Dr. KH. Abd. A’la Basyir, Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, menyampaikan sejumlah pesan mendalam kepada para pengelola KSPP Syariah BMT Nuansa Umat Jawa Timur dalam kegiatan Rihlah yang digelar Ahad, 29 Juni 2025.

Acara tersebut menjadi momentum penting bagi para pengelola untuk kembali meneguhkan niat, memperkuat integritas, dan mengevaluasi arah perjuangan lembaga keuangan berbasis nilai-nilai pesantren.

Dalam sambutannya, Kiai A’la menegaskan bahwa rasa syukur seorang santri bukan sekadar ucapan, tetapi harus dibuktikan dengan peningkatan kualitas amal dan keilmuan. “Santri harus terus belajar, menambah ilmu secara simultan. Inilah bentuk syukur yang konkret,” tegasnya.

Beliau juga menyoroti pentingnya etika dan akhlak. “Ilmu yang banyak tidak akan berarti jika tanpa akhlak. Keberhasilan seseorang lebih ditentukan oleh integritas dan kepribadian, bukan sekadar kecerdasan intelektual,” ujarnya. Menurut Kiai A’la, banyak hasil riset menunjukkan bahwa soft skill menjadi kunci kesuksesan jangka panjang.

Dalam era digital yang penuh gaya hidup konsumtif, beliau memperingatkan agar para santri dan pengelola lembaga keuangan menghindari pamer kekayaan atau flexing. “Kekayaan bukan ukuran integritas. Gaya hidup sederhana lebih mencerminkan nilai-nilai santri dan akhlak sosial yang luhur,” katanya.

Beliau juga menyinggung maraknya fenomena kakistokrasi — kepemimpinan oleh orang-orang yang tidak kompeten — yang terjadi di banyak negara. “Santri harus hadir sebagai solusi, menjadi pemimpin berintegritas dengan bekal ilmu dan pengalaman di pesantren,” pesan beliau.

Kiai A’la menekankan bahwa BMT NU harus lebih dari sekadar lembaga keuangan. Ia harus menjadi agent of change dalam edukasi finansial masyarakat. “BMT NU harus memberikan literasi, edukasi, dan sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan keuangan syariah agar masyarakat tidak terjerat rentenir,” tegasnya.


Beliau juga memberi peringatan agar label “syariah” tidak hanya menjadi justifikasi nama, melainkan diwujudkan dalam praktik nyata. “Jangan sampai label syariah hanya sebatas nama. Pastikan sistem dan prinsip yang diterapkan benar-benar sesuai syariat,” pungkasnya.

Kiai A’la menutup tausiyahnya dengan mengingatkan pentingnya niat dalam bekerja. “Jangan bekerja hanya karena gaji, tapi karena nilai dan integritas. Dalam ushul fiqh disebutkan, Al Wasailu laha hukmul maqashid. Proses yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula.”


29-06-2025 ______________ 589 Kali dilihat